Setelah puas berbagi cerita keberuntungan selama tiga minggu berturut turut, hingga salah satu teman saya berkata “hoki banget sih lu Nul” maka kali ini saya akan bercerita pengalaman buruk yang pernah saya alami. Semoga bisa diambil hikmahnya.
Kejadian ini terjadi ketika saya baru masuk SMA tahun 2011. Jangan lihat dari sudut pandang orang dewasa atau meneropong dari tahun 2016, karena anda akan merasa saya sangat bodoh dan ceroboh. Perlu diketahui bahwa perkembangan teknologi dan informasi saat ini begitu cepat berkembang dan sudah jauh lebih baik dibanding lima tahun lalu.
Saya yakin, mungkin banyak orang termasuk anda pernah mengalami hal yang tidak mengenakkan ketika remaja. Namun tetap saja saya merasa hal ini tidak seharusnya terjadi kepada remaja yang masih berseragam putih abu-abu dengan muka lugu seperti saya. Kejadian ini seharusnya dialami oleh mereka yang sudah dewasa karena peristiwa ini bisa menimbulkan trauma yang mendalam bagi korban, termasuk saya. Akan tetapi, kejadian ini bisa juga menjadi bekal berharga ketika seseorang sudah dewasa, tergantung ketahanan individu. Saya pribadi merasa menjadi lebih berhati-hati pasca peristiwa itu.
Lima tahun lalu, Nokia masih jaya. Banyak anak muda hingga remaja tanggung menggunakan ponsel asal Finlandia ini. Kami sekeluarga bahkan kompak menggunakan merek yang sama, termasuk saya. Akan tetapi ketika itu saya masih menggunakan nokia X2. Ingat bentuknya? Seperti ini
Disisi lain, facebook masih sangat booming. Media sosial ini bahkan menjadi symbol anak gaul masa itu. Status yang jika saya lihat saat ini terasa menjijikkan banyak bertebaran. Mulai dari keluhan saat sekolah, tentang pertemanan, hingga doa-doa yang motifnya mencari perhatian. Oia meski saya tidak menghapus status – status itu hingga sekarang, gak usah di stalking ya, karena beberapa udah saya private biar aib itu gak kebongkar; wakakaka. Back to topic, libur musim dingin 2011 (gak deng, libur semester ganjil maksudnya) saya dan saudara-saudara berkumpul di rumah. Suatu saat saya bercerita dengan kakak[1] saya bahwa saya sangat sangat ingin Nokia X5, salah satu ponsel tercanggih saat itu.
Lalu kakak saya mengatakan melihat iklan di facebook yang menjual ponsel berbagai merek ternama seperti Nokia dan Blackberry dengan harga miring. Salah satu tanda penipuan adalah memang harga yang ditawarkan selalu miring / gak masuk akal. Hanya saja kali ini alasannya jelas, yakni barang murah karena didapat dari Batam yang notabenenya blackmarket.
Pada awalnya ia juga ingin membeli HP. Akan tetapi karena harga HP yang saya inginkan lebih rendah dari apa yang ia ingin beli, ia menyarankan untuk “mencoba” membeli HP yang saya inginkan terlebih dahulu. Harga ponsel yang saya inginkan adalah 1.2 juta, selisih 2 juta dari harga resmi saat itu (3.2 Juta). Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya uang tabungan saya dipakai untuk itu. Apalagi pada awalnya penjual bilang bisa bayar DP 50% dulu. Sisanya dikirim ketika barang sudah sampai. Tetapi ketika sudah transfer Rp. 600.000, penjual menghubungi kami dan berkata ada masalah dengan bos nya yang tidak mengizinkan pembeli hanya bayar DP. Mereka bersandiwara dengan seolah-olah bahwa pegawainya salah, kemudian meminta maaf dan meminta untuk melunasi sisanya terlebih dahulu. Saya sempat meragukan hal ini. “gimana kalau ini penipuan kak ? entar makin banyak duit yang hilang” tanya saya. Namun karena sudah lelah berdebat, kakak saya kemudian menyarankan untuk mentransfer saja.
Akhirnya? Yes kami tertipu. Pengguna tidak lagi bisa dihubungi. Barang juga tidak datang hingga detik ini, ya memang karena tidak dikirim. Uang yang saya tabung hilang begitu saja. Meski hanya 1.2 Juta, tapi jangan lihat nilai itu dari masa sekarang, karena jika berada pada lima tahun lalu, menurut saya harga itu cukup besar. Apalagi bagi remaja yang masih duduk di tingkat SMA. Meski kakak sulung saya polisi, kami tidak melaporkan masalah ini dengan berbagai alasan. Saat ini saya sadar, sepertinya kakak saya takut orang tua memarahinya ketika itu, ahhaha. Meski demikian, karena merasa bersalah, kakak mengganti kerugian saya 50%. Itu adalah pengalaman saya pertama kali belanja online dan kena tipu. Kalau sekarang kan aman, ada market place seperti tokopedia dan bukalapak yang menggunakan rekening bersama. Walaupun begitu, faktanya saat ini masih banyak orang tertipu dari belanja online dari FB, IG, dll. Sejatinya buyer sudah harus lebih cerdas sehingga penipuan tidak lagi terjadi. Kamu sendiri kapan pertama kali mengalami pengalaman kurang baik ? tulis di kolom komentar ya!
Jawab pertanyaan dan menangkan hadiah pulsa untuk 3 orang beruntung yang menjawab pertanyaan dengan benar tiap minggunya
Untuk ikutan, klik Ikuti Quiz
Next Story : Belajar untuk tidak mudah percaya ; ditipu ibu-ibu penjaga asrama
Tulisan ini tidak bermaksud untuk pamer; menyinggung satu, dua atau sekelompok orang; dan menyebarkan kebencian. Tulisan ini murni untuk memberi motivasi, atau setidaknya berbagi cerita yang semoga dapat diambil hikmahnya. Mohon maaf apabila ada yang salah, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan J
_____
[1]Kakak laki-laki yang paling dekat dengan saya. Tanggal lahir kami sama, tetapi berbeda enam tahun.
Minta wa nya boleh ms .. 🙏
Silahkan klik IG di contact saya ya Kak di blog ini
nanti saya share WA via IG